Meninggal dengan tenang (Tanpa Hutang)

Memasuki usia 30 tahun dan sudah menikah, membuat aku sadar bahwa ada satu hal yang pasti di dunia ini, yaitu kematian. Setiap membahas kematian, aku dan paksu selalu berebut untuk meninggal lebih dulu. Kenapa? Karena ditinggal pasangan itu kayak dunia runtuh. Kehilangan adalah salah satu core memory yang sulit banget untuk dilalui and only time can heal. Hanya membayangkan saja membuat hati sakit bahkan sampai air mata mengalir. Berduka sudah sulit, gimana ditambah dengan nasib keuangan yang tak menentu, karena ditinggalkan oleh pencari nafkah utama.

Kita berdua sama-sama bekerja di usaha yang sama, kasarannya bisnis barenglah. Diusaha ini kita berbagi tugas. Aku bertugas di keuangan dan operasional, sedangkan Paksu bertugas di bagian penjualan dan pemasaran serta human resources and development. Yang namanya bisnis bisa hancur kapanpun. Bisnis kebanyakan hancur karena faktor eksternal (perubahan peraturan dari pemerintah, kualitas barang dari supplier) kalau dari faktor internal, seperti meninggalkan salah satu dari kita, bisnis nggak hanya hancur tapi bisa habis tak bersisa. Untuk menghindari hal-hal terburuk terjadi, kita mulai merencanakan proteksi diri. Salah satunya kita memilih untuk proteksi jiwa dan harta benda. Aku bahas satu persatu ya.

Hidup ternyata (ngga) selalu start di usia 20 tahun-an! Kehidupan di usia 20 tahunan!

Welcome 2025! Cheers!

Ngga kerasa tahun ini bakal jadi tahun ke 30 aku hidup di dunia! Melihat kebelakang terutama 10 tahun terakhir banyak banget ups and downs, kejadian besar yang bahkan bisa menjadi core memories, belajar banyak juga mengenai mengenal diri sendiri dan perasaan termasuk pergeseran hidup yang besar juga. Di post kali ini aku akan berbagi mengenai bagaimana aku melihat perjalanan hidupku di usia 20 tahunan yang mungkin juga bisa relate ke kehidupan kalian atau bahkan bisa menguatkan kalian yang sedang menjalani usia 20 tahunan.

Aku mendefiniskan kehidupan 20-an ku ke dalam 3 bagian.

Ujian kelas Google Garage Fundamental of Digital Marketing

Setelah mengikuti serangkaian kelas dari Google Garage “Fundamental of Digital Marketing”, pada tahap terakhir kalian akan menghadapi test dari materi yang telah kalian pelajari. Namun, tidak perlu khawatir karena test ataupun ujian ini tidak sulit. Apabila gagal, kalian dapat mencoba kembali dalam kurun waktu 24 jam. Aku sendiri gagal pada test pertama dan lolos pada test kali kedua. Disini aku akan berbagi pertanyaan dari soal-soal test yang aku hadapi.


Soal-soal test yang aku hadapi terbagi menjadi 7 kategori besar seperti yang telah aku jabarkan pada post ini. Jumlah soal yang muncul pada setiap katagori tidaklah sama. Akan tetapi jumlah keseluruhan total soal adalah 40 soal. Waktu yang diberikan tidak terbatas sehingga kalian bebas mengerjakan dalam waktu berjam-jam. Jika gagal pada ujian pertama, soal yang muncul pada ujian kedua tidaklah akan sama. Jadi, soal ujian yang diberikan benar-benar acak.

Pengalaman mengikuti kelas gratis dari Google – Fundamentals of Digital Marketing

Beberapa waktu yang lalu aku mengikuti kelas gratis yang diadakan oleh Google. Belajar gratis dari Google ini tersedia dalam banyak materi dan disini aku mengambil kelas Fundamentals of Digital Marketing. Menariknya lagi, selain memperoleh ilmu yang diajarkan langsung oleh para praktisi di Google, kelas ini juga menawarkan sertifikat yang tentunya memiliki nilai tambah untuk peserta yang berhasil menyelesaikan kelas Fundamentals of Digital Marketing.

Seperti yang telah disebutkan diawal bahwa kelas dari Google ini benar-benar gratis. Modal yang perlu kalian miliki yaitu bisa berbahasa Inggris, memiliki akses internet dan punyai gawai yang mendukung (boleh handphone ataupun laptop). Jika kalian merasa khawatir karena memiliki kemampuan bahasa Inggris yang terbatas, jangan khawatir, karena aku akan memberikan tips agar kalian tetap bisa mengikuti kelas ini hingga akhir dan mendapatkan sertifikatnya.

Pengalaman berolahraga wall climbing di Surabaya

Rabu, 15 Desember 2021

Intensitas curah hujan di kota Surabaya semakin meninggi, hal ini membuat pilihan aktivitas diluar ruangan menjadi terbatas. Berawal dari celetukan salah seorang teman yang mengatakan "Kalian pernah ga si coba wall climbing?" akhirnya terjadilah percobaan pertamaku melakukan olahraga menantang ini. 

Mencari tempat untuk berolahraga wall climbing di Surabaya dapat dibilang cukup sulit. Selain karena pandemi covid-19 yang membuat aktivatas seperti ini terhenti, faktor lain karena masih belum menjamurnya komunitas wall climbing di kota pahlawan. Berbekal dari informasi google dan hastag instagram akhirnya ku menemukan "Climbing Wall Ceter FPTI, Surabaya" via google atau "goclimbing_" di Instagram.


Saya terhubung dan berkontak dengan coach Effendi yang mana Beliau orangnya sangat supportif, ramah dan sangat membantu. Di goclimbing_ ini seluruh panjatan yang digunakan berada diluar ruangan. Ada 2 tempat yang dapat dipilih di KONI (dekat GM) atau di jalan Irian Bar, No.3 Gubeng. Kebetulan kemarin kami mendapatkan tempat di KONI. Apakah olahraga ini dapat dilakukan pada saat hujan? Coach Effendi tidak menyarankan berolahraga saat ujan, tentu karena alasan keamanan, lebih baik reschedule saja.