Meninggal dengan tenang (Tanpa Hutang)

Memasuki usia 30 tahun dan sudah menikah, membuat aku sadar bahwa ada satu hal yang pasti di dunia ini, yaitu kematian. Setiap membahas kematian, aku dan paksu selalu berebut untuk meninggal lebih dulu. Kenapa? Karena ditinggal pasangan itu kayak dunia runtuh. Kehilangan adalah salah satu core memory yang sulit banget untuk dilalui and only time can heal. Hanya membayangkan saja membuat hati sakit bahkan sampai air mata mengalir. Berduka sudah sulit, gimana ditambah dengan nasib keuangan yang tak menentu, karena ditinggalkan oleh pencari nafkah utama.

Kita berdua sama-sama bekerja di usaha yang sama, kasarannya bisnis barenglah. Diusaha ini kita berbagi tugas. Aku bertugas di keuangan dan operasional, sedangkan Paksu bertugas di bagian penjualan dan pemasaran serta human resources and development. Yang namanya bisnis bisa hancur kapanpun. Bisnis kebanyakan hancur karena faktor eksternal (perubahan peraturan dari pemerintah, kualitas barang dari supplier) kalau dari faktor internal, seperti meninggalkan salah satu dari kita, bisnis nggak hanya hancur tapi bisa habis tak bersisa. Untuk menghindari hal-hal terburuk terjadi, kita mulai merencanakan proteksi diri. Salah satunya kita memilih untuk proteksi jiwa dan harta benda. Aku bahas satu persatu ya.

Paksu adalah otak dari usaha ini, kalau Paksu ngga ada, usaha ini bisa jalan tapi ngga bisa berkembang! Ketika sebuah usaha sudah tidak lagi berkembang, habis sudah usaha itu. Oleh karena itu, kita sepakat memberikan asuransi jiwa untuk Paksu lebih dahulu. Keputusan ini kita ambil karena ketika paksu sudah ngga ada dan seandainya kondisi bisnis lagi menurun, aku dan anak-anak kita tidak perlu pusing untuk mikir makan sehari-hari dan uang sekolah. Setidaknya dengan tidak perlu memikirkan kebutuhan hidup, aku bisa fokus ke bisnis ketika Paksu sudah nggak ada.

Kedua, kita ada rencana mengasuransikan persediaan yang kita miliki. Kondisi saat ini, usaha kita ini bermodalkan hutang bahkan tempat aja masih sewa. Amit-amit kalau ada kebakaran atau kejadian luar biasa yang ngga kita inginkan hingga menyebabkan persediaan kita habis, setidaknya dengan adanya asuransi kita nggak pusing lah mikirin uang untuk bayar hutang dan perbaikan sewa tempat.

Pemikiran ini muncul seiring dengan bertambahnya tanggungjawab. Ketika masih single, aku merasa ngga perlulah proteksi diri, ngapain? Toh masih sehat dan masih bisa ngasilin duit, kalau sakit ada BPJS kantor. Bener ngga kalian mikirnya sama kayak gitu?

Fakta yang paling mencengangkan saat ini adalah meninggal udah ga lagi pandang usia. Tahun 2024, aku melihat banyak anak muda meninggal di usia 20an dan meninggalnya karena sakit dan bukan karena kecelakaan. Sedih banget ga sih?

Puji Syukur, Alhamdulillah, kalau sakit langsung meninggal, gimana kalau kita masih harus bolak-balik masuk rumah sakit? Setelah itu baru meninggal. Apakah kita sudah punya liang lahat? Apakah tabunganmu cukup untuk beli peti mati dan sewa rumah duka? Nyatanya ketika meninggal pun masih banyak biaya yang harus ditanggung. Well, rasanya ga bijak banget kalau kita meninggal malah ninggalin warisan hutang untuk orang yang kita cintai.

So, kalau kamu ada uang lebih dan sudah bisa mengatur sedemikian rupa keuangan kamu, please banget yuk mulai memproteksi diri sendiri agar nggak ngerepotin keluarga ataupun orang lain. Mindset-nya mulai diubah, kalau meninggal kita harus meninggal tanpa ngerepotin orang, bahkan kalau bisa kasih tanda terimakasih ke mereka dengan sisa dari asuransi jiwa kamu misalnya. Gini, proteksi itu nggak melulu bicara soal Kesehatan kamu aja, jiwa kamu pun termasuk. Mau muda, mau tua, ketika jiwa kamu sudah nggak ada, setidaknya kita nggak jadi beban keuangan buat orang yang kita cintai dan biarkan mereka bisa menikmati waktu berduka tanpa mikirin uang!

Asuransi nggak melulu ngomongin kesehatan, malah jauh lebih penting ngomongin asuransi jiwa. Kalau kamu merasa BPJS cukup dan nggak mau pake asuransi kesehatan ya nggak papa loh, tapi coba pertimbangkan untuk pake asuransi jiwa. Ini nih pesan ya buat Ibu-ibu Rumah Tangga, kalau kamu nggak kerja dan cuma hidup dari penghasilan suami, yuk coba ajakin Paksu-nya untuk bikin anggaran asuransi jiwa. Sebagai Ibu Rumah Tangga aku tahu banget rasanya kehilangan pekerjaan bertahun-tahun untuk mengutamakan suami dan anak, asuransi jiwa ini bisa menjadi pegangan hidup untuk kamu dan anak ketika Paksu sudah nggak ada. 

Disini aku nggak jualan asuransi ya, cuma aku sadar bahwa ada loh produk yang bisa bantu kita untuk mengurangi risiko dan itu nggak melulu tentang investasi.

The last but not the least, menyadari kematian adalah tugas dan tanggungjawab kita sebagai manusia. Bagaimana cara kita mempersiapkan diri menuju kematian adalah pilihan yang penuh dengan kesadaran. Setelah kalian membaca ini, yuk kita mempersiapkan kematian kita dengan baik, tanpa meninggalkan kepusingan keuangan dan memberikan ruangan berduka untuk orang yang kita cintai.


Be Friend with Me and Keep in touch with me on Instagram : iinchrs
| Contac Me : icchrista [at] gmail [dot] com | Iin - Ic Christa |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share your story, opinion, and experiences here !